Pages

Halaman

Rabu, 22 Oktober 2014

TAUBATNYA SEORANG BANCI


~´¨`*•.¸✿ Oleh : Dinni Syafriyuni ✿¸.•*``~

Cerpen =^_^=

~* السلام عليكم ورحمت الله وبركا ته *~


Suatu hari, di sebuah desa terlihat seorang gadis berkerudung hijau tosca, mengenakan gamish senada lebih muda dengan warna kerudungnya, ditambah aksesoris gelang putih berlian di pergelangan tangannya. Sambil mengengam beberapa buku untuk referensi mengajar pengajian di suatu Masjid. Sebut aja namanya Keiysa, berusia 22 Tahun, ia gadis desa yang penyabar, ramah dan menjadi bunga didesanya. Saat ini sudah larut malam, suasana di jalan tersebut berubah sunyi. Gadis itu berjalan sendiri mengarungi perjalanan yang sangat hening dan tenang. 


        Tiba-tiba, dari kejauhan gadis itu mendengar suara orang berlari-lari kecil. “Huffhht, siapa ya, orang yang sedang berlari-lari itu?” gumamnya dalam hati.

          Suara samar-samar itu tidak menghalanginya untuk tetap melanjutkan langkah kakinya menuju tempat tinggalnya. Karena dia menyadari, bahwa tidak seharusnya seorang wanita berjalan sendiri malam-malam tanpa ditemani oleh muhrimnya.

          Setiap malam, ba`da shalat Isya dan sore ba`da shalat Ashar, beliau harus mengajar ngaji anak-anak di Masjid, mengantikan abangnya, yang menjadi seorang ustadz didesa tempat tinggalnya, sekarang terbaring sakit tanpa daya dirumahnya.

       Lorong-lorong rumahnya tampak seperti tidak biasanya, malam ini tampak terlihat sangat berbeda, biasanya masyarakat didesa tempat tinggalnya, setiap rumah menghidupkan lampu, jadi terlihat terang diperjalanan namun malam ini sungguh berbeda hanya beberapa rumah saja yang menyalakan lampu. Hufhhht !!! membuat bulu kuduk gadis itu naik. Merinding ketakutan.

           Lalu, suara misterius itu terdengar lagi, kali ini suaranya tampak sangat jelas terdengar ditelinganya. 

         “Tidak salah lagi, pasti suara orang yang sedang berlari-lari seperti terburu-buru ntah dikejar sesuatu atau sedang olah raga malam kali ya hhhee.” Ucapnya, sembari menghibur diri dan memecahkan ketakutannya. 

          Arrgggggkhhhh.... !!! Debraakkkkkk....Tiba-tiba, gadis itu terjatuh beserta buku-buku bahan ajar yang digengamnya. “Astaghfirullah ... !!!” Dia mengambil buku-buku yang terjatuh sambil matanya menghujam tajam kearah yang menabraknya. “Siapa sih yang menabrak saya?” Cetusnya penasaran.

           Haaahhh...?!! Gadis itu sangat kaget ketika yang dianggapnya misterius tadi ternyata seorang Banci. Dengan mengenakan rok mini berwarna abu-abu dilengkapi celana lejing merah, baju kaos berwarna kuning sangat ngepas ditubuhnya. ditambah dengan aksesoris berwarna-warni dengan dandanan yang berlebihan tampak terlihat sedikit kocak. Beliau seorang lelaki, berparas wanita yang memiliki sifat ceria, humoris, dan murah senyum.

          Dia menyapa dan berkata kepada sang gadis, “Wah, Maaf keleus, tadi tidak sengaja menabrak mbak, Aduh... Aduhh mbak ane tidak punya banyak waktu deh, mbak tolongin ane, please pake bingits.”

“Ouh... O_o Waduuuh... Lain kali hati-hati ya. Maaf, tapi saya nggak bisa tolong kamu, Saya terburu-buru nih. Mohon maaf ya sekali lagi. Saya permisi dulu ya... Assalamu`alaikum” 

“Duhh... Mbak... sekali ini aja mbak, ane minta tolong mbak, ane dikejar-kejar oleh preman kampung. Masak mbak kagak mau nolongin ane sih, sok amet deh”

“Hmmm. Ya udah kalau gitu, ikuti ane ya.” 

Akhirnya sang gadis mengamankan banci tadi kerumahnya untuk menghindari dari gangguan preman tadi. Setelah beberapa waktu suasana tampak aman dan tenang. 

Gadis itu membuka tirai rumahnya dengan perlahan dan sangat berhati-hati sambil mengintip preman, dibalik jendela.

“Siph, Alhamdulillah, Aman... !!!” Gumam gadis itu dalam hati.

“Premannya sudah pergi, jadi kamu aman sekarang, kamu boleh pulang malam ini, Tapi... Sssst !!! O_o sebelum dilihat abang saya. Saya mohon, kamu keluar lewat pintu belakang aja ya. Biar nggak ketahuan juga.” ucapnya perlahan.

“Oke mbak, Terimakasih yee mbak udah nolongin ane, Ane nggak bakal lupa deh dengan kebaikan ente.”

“Iya, sama-sama. Sesama mahluk ciptaan ALLAH SWT, kita harus saling tolong-menolong apabila saudara kita tertimpa kesusahan.”

       Keesok harinya, gadis itu seperti biasa mengajar ngaji di Masjid tempat abangnya biasa mengajar. Tiba-tiba, datang seorang banci yang semalam meminta tolong kepadanya, ikut nimbrung bersama anak-anak. 

     Segera anak-anak melirik ke arah si banci dan Anak-anak tampak merasa aneh melihat banci itu, termasuk sang gadis. Karena sesuatu yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya, tapi mereka menyambut sang banci itu dengan senyum ramah.

     Ada ketenangan batin tampak terlihat diwajah sang banci ketika mendengarkan anak-anak mengaji, “Mungkin ini yang dinamakan hidayah dari ALLAH SWT, Alhamdulillah, Hatinya sudah tergerak untuk berubah.” Gumam gadis itu dalam hati.

      Setelah selesai mengaji, anak-anak mambaca Do`a penutup majelis dan bersalam-salaman. Tetapi, tidak dengan banci itu, dia tampak terburu-buru meninggalkan Masjid. Mungkin merasa malu menyapa gadis itu.

      Setiap hari, tenyata di jadwal pengajian, banci itu selalu ikut serta dalam Majelis, ketika tiba giliran dia mengaji, dia tampak terbata-bata, mengucapkan Makhraj Huruf. Sekali-kali melirik kanan-kiri dengan perasaan was-was karena takut di ejek oleh anak-anak disekitarnya. 

     Karena semangatnya yang membara, mendalami ilmu Agama Islam, Sang banci tidak hanya belajar mengaji saja dengan gadis itu tetapi, juga belajar menjadi Muadzin bersama pengurus masjid dan sering diskusi masalah Islam bersama Haji Mahmuddin, imam besar dan ulama di desa itu.

        Gagal, coba lagi, gagal, coba lagi. !!! Itulah tantangan yang harus dihadapi oleh banci itu, akhirnya tidak terasa malam menyapa, dia disarankan oleh pengurus masjid untuk tinggal di asrama yang terletak di samping masjid, sebagai pengurus masjid. 

   Akhirnya, tanpa menunggu lama-lama berfikir, dia reflek menunjukkan wajah gembira sembari menganggukkan kepalanya, menandakan setuju dengan usulan yang diberikan.

        Hari berganti hari, Bulan berganti bulan, sang banci perlahan-lahan meninggalkan pakaian bancinya. dan mengenakan baju koko dan pergi ke tukang pangkas untuk merapikan rambutnya layaknya seorang lelaki normal. 

       Dia terus memperhatikan dirinya di depan cermin, ketika mengenakan baju muslim dan kopiah. Tiba-tiba tanpa terasa, air matanya menetes satu persatu di wajahnya. Dia merasa sangat menyesal selama ini, menjadi seorang banci untuk memuaskan nafsu duniawinya. dan tidak pernah mendapatkan ketenangan seperti ini sebelumnya. Itulah yang dinamakan Hidayah dari ALLAH SWT.

       “Alhamdulillah, aku kini mantan banci. ingat keleus MANTAN banci. okeh” Gumamnya bijak, sambil bersyukur dan tersenyum lebar didepan cermin.

         Seiring berjalannya waktu, tak terasa sudah 3 bulan dia belajar mendalami Agama yang dianutnya.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ.

    Segala puji bagi ALLAH, Tuhan semesta Alam. Banci itu, udah hijrah menjadi lebih baik dan meninggalkan masa lalunya yang sangat curam. penyebab dia menjadi banci adalah karena dia mengalami masalah psikologi, ketika ditinggal pergi selamanya oleh kedua orang tuanya. sehingga, dia frustasi dan tidak ada pilihan lain selain menjadi seorang banci karena pergaulan dilingkungannya. 

     Dan kata Banci sekarang sudah bukan menjadi bagian dari dirinya yang sekarang. Hanya ada kata “Mantan Banci”. 

        “Sekarang, saya sekarang, saya tidak akan pernah menyesal sudah hijrah ke arah yang lebih baik. saya tidak takut apa-apa lagi selain hanya kepada ALLAH SWT. Tiada yang bisa kulakukan selain berserah diri kepada ALLAH.” 

        “Dan Insya ALLAH saya akan pegang dengan erat Hidayah ini, karena sewaktu-waktu jika kita tidak mengikatnya maka akan mudah lepas dan lari jauh dari kehidupan kita, Insya ALLAH. sembari menyemai Istighfar dalam penat hatinya dan bertakbir “ALLAHU AKBAR” !!! 3x ^^ gumamnya semangat.

=^_^= … ! ! !


~*♥ دني شفريوني ♥*~

2 komentar:

  1. Mehizhin bang Radensyah... Sesungguhnya tulisan ini jauh dari kesempurnaan... Dan pastinya ada kekurangannya (y)

    BalasHapus

JADWAL SHALAT

Translate